Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah berbangsa satu, bangsa yang bersih dari korupsi atau mati. Kami Mahasiswa Indonesia menjunjung tinggi budaya antikorupsi, harga mati. Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah bertanah air satu, tanah air yang bersih dari korupsi sampai mati.
Sumpah itu berlangsung di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Mereka yang bersumpah adalah para aktivis mahasiswa dan pemuda pegiat antikorupsi. Para pemuda itu mendeklarasikan "Sumpah Pemuda Antikorupsi". Deklarasi ini menjadi perhatian karena dilakukan bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda, yang jatuh tiap 28 Oktober.
"Kami ini sebagai mahasiswa antikorupsi, ya, saling berkorelasi lah dengan KPK," kata Koordinator Pusat Asosiasi Mahasiswa Antikorupsi Indonesia Universitas Lampung, Rifki Hidayatur, dalam aksi Sumpah Pemuda Antikorupsi kemarin. Aksi ini merupakan bagian dari deklarasi pembentukan forum organisasi nasional tempat berhimpun seluruh organisasi antikorupsi se-Indonesia, upaya penguatan KPK. penolakan revisi Undang-Undang KPK, serta tim pemantau pemilu kepala daerah yang berintegritas dan jujur.
Para pemuda ini melakukan kegiatannya berdasarkan Kongres Pemuda Mahasiswa Antikorupsi Se-Indonesia pada 26 sampai 28 Oktober di gedung Dewan Perwakilan Daerah, Gedung KPK, Wisma PHI, dan Kampus Institut STIAMI. Rifki mengatakan, Sumpah Pemuda Antikorupsi merupakan bentuk kegeraman mahasiswa atas kasus-kasus yang tak kunjung usai, Menurut dia, ada tiga komunitas antirasuah di Indonesia, yakni Komunitas Integritas Universitas Lampung, SIMAK, dan Garda Tipikor Universitas Hasanuddin Makassar. Seteiah Kongres, mereka membentuk organisasi-organisasi antikorupsi.
Tampak Ketua KPK nonaktif, Abraham Samad, dalam acara Silaturahmi Muda Antikorupsi di Auditorium Al-Jibra Universitas Muslim Indonesia Makassar.
Ketua Badan Pekerja Anti-Corruption Committee Sulawesi Selatan, Abdul Muttalib, mengatakan kegiatan ini digelar bersama para aktivis antikorupsi untuk menanamkan semangat antikorupsi pada para mahasiswa. Acara ini dihadiri pula oleh akademikus dan budayawan. • RICO | AKBAR HADI
Sumber: Koran Tempo, 29 oktober 2015